kalselpos.com – Teknologi nuklir dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya perbaikan fungsi strategis lahan, salah satunya dengan remediasi lahan berbasis sumber daya lingkungan dan konsorsium mikroba rizosfer terpilih yang andal, sinergis dan berkelanjutan.
“Perbaikan fungsi strategis lahan dilakukan melalui pendekatan lingkungan melalui perbaikan atau remediasi, perlindungan atau konservasi dan pemanfaatan potensi sumber daya lokal,”
Peneliti madya bidang lingkungan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Tri Retno Dyah Larasati baru-baru ini di Jakarta mengatakan perubahan iklim, dinamika alamiah dan aktivitas manusia menimbulkan dampak pada penurunan kualitas lingkungan. Itu disebabkan adanya degradasi hayati, kimia dan fisika pada lahan, sehingga menyebabkan peningkatan area lahan suboptimal atau marjinal, lahan tercemar, lahan kritis dan lahan terdegradasi.
“Oleh sebab itu, fungsi strategis lahan berupa fungsi hidrologis, produktif dan ekologis menjadi terganggu sehingga perlu perbaikan,” ujarnya.
Pemanfaatan teknologi nuklir untuk mendukung upaya perbaikan fungsi strategis lahan, terangnya, dilakukan melalui aplikasi teknologi radiasi dan isotop, yakni menggunakan isotop stabil seperti C-13, O-18, dan N-15 untuk identifikasi sumber polutan dan iradiasi gamma.
Iradiator Gamma Chamber 4000A – 60Co digunakan untuk stimulasi fungi terseleksi dengan dosis rendah kurang dari 1000 Gray (Gy) dengan kemanfaatan diperoleh peningkatan kemampuan fungsi terseleksi seperti aktivitas selulase, lignin peroksidase, dan kitinase.
Iradiator IRKA-60Co digunakan untuk sterilisasi bahan pembawa (carrier) dengan dosis iradiasi gamma 20–25 kGy dengan kemanfaatan diperoleh jaminan kualitas dan sterilitas bahan pembawa yang sesuai dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikroba target selama periode penyimpanan dan pendistribusiannya ke lapang.
Sementara pengembangan Inokulan Mikroba Rizosfer (IMR) dilakukan melalui tahapan isolasi, seleksi dan identifikasi. Koleksi kultur mikroba rizosfer terpilih yang telah diperoleh diantaranya adalah Azotobacter sp, Bacillus circulans, Bacillus megaterium, Bacillus stearothermopilus, Bacillus sp, Pseudomonas fluorescens, Aspergillus niger, dan Trichoderma harzianum.
Tri memaparkan proses produksi inokulan mikroba fungsional yang berasal dari koleksi kultur mikroba terpilih dilakukan melalui kultivasi strain mikroba terpilih dalam medium sintetis (broth), kemudian dilakukan subkultur strain mikroba terpilih dalam medium broth dan inokulasi kultur cair strain mikroba ke dalam bahan pembawa atau carrier steril.
Bahan pembawa padat berupa kompos yang disterilkan menggunakan iradiasi gamma dosis 20-25 kGy, sedangkan bahan pembawa cair disterilkan menggunakan uap (autoclave).
Disebutkannya bahwa produk Inokulan Mikroba Fungsional yang telah diperoleh meliputi IMR, Compostar, Trichomix, Lignostar, HCDec dan IPLB.
IMR adalah inokulan konsorsium mikroba rizosfer untuk peningkat kesehatan tanah dan tanaman, pertumbuhan dan hasil tanaman. Paten untuk IMR itu terdaftar dengan Nomor P-00201300407.
Sedangkan compostar merupakan inokulan konsorsium mikroba terpilih untuk dekomposisi limbah organik pertanian dan peternakan. Trichomix adalah inokulan konsorsium mikroba terpilih sebagai pengendali hayati (bio-control).
Lignostar merupakan inokulan konsorsium mikroba terpilih untuk delignifikasi biomassa tanaman (lignoselulosa). HCDec adalah inokulan konsorsium mikroba terpilih untuk dekomposer polutan hidrokarbon.
“Sementara IPLB adalah inokulan konsorsium mikroba terpilih untuk mengikat polutan logam berat,” pungkasnya.