Warga Tabalong Antusias Saksikan Pagelaran Wayang Kulit Peringatan HUT ke 78 TNI

Teks foto Dandim Tabalong serahkan "bima" kepada dalang Ki Teguh Yuwono pertanda dimulainya pagelaran wayang kulit.(ist)

Tanjung, kalselpos.com – Pagelaran wayang kulit yang mengambil lakon Bimo Krido bukan hanya mampu mengirimkan pesan moral pada penontonnya tapi juga telah melepas dahaga penikmat seni yang berkembang sejak abad ke 15 ini di Tabalong.

Paguyuban masyarakat Jawa yang ada di Tabalong pun memadati Gedung Informasi tempat digelarnya wayang kulit dalam rangka memperingati HUT ke 78 TNI itu.

Bacaan Lainnya

Mereka menonton menggunakan baju batik sebagai identitas masing masing paguyuban lengkap dengan blangkon dan ikat kepala.
Pejabat di lingkungan Pemkab Tabalong pun turut menyaksikan wayang kulit yang di Dalangi Ki Teguh Yuwono dan membaur dengan semua penonton, Bersama anggota Kodim 1008/ Tabalong dan Polres Tabalong.
Lakon Bimo Krido mengisahkan tentang penokohan salah satu Pandawa Lima yakni Bima atau Bimo atau yang dikenal dengan Werkudara. Dia mengamuk di negeri Astinapura.

 

Dalam lakon ini, Bima tidak sendirian, tetapi mengamuk bersama saudaranya yang telah berubah menjadi raksasa. Dia adalah Kresna.
Pemicu mengamuknya dua tokoh Pandawa ini lantaran mereka tidak mau menerima apa yang menjadi perintah Batara Guru. Sang Batara Guru meminta agar Pandawa Lima mau menerima perdamaian dengan Kurawa.

 

Bima dan Kresna beranggapan bila perdamaian itu justru akan menjadi penggalang dan mengurangi perjuangan untuk kedaulatan para Pandawa Lima.
Karenanya secara tegas mereka menolak perdamaian dengan Kurawa untuk perebutan Negri Astina Pura.
Sayangnya Bima dan Kresna tak mampu melawan Batara Guru yang sebenarnya adalah seorang jelmaan Betari Durga.
Karena kewalahan, Bima dan Kresna akhirnya meminta bantuan Semar yang sudah menjelma menjadi seorang Begawan Dewa Kasimpar.

 

Konflik atau peperangan besar inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Perang Baratayudha. Pesan moralnya antara lain bahwa kemerdekaan dan kedaulatan itu bukan hasil perdamaian melainkan hasil dari perjuangan
Dandim 1008/Tabalong, Letkol Czi Catur Witanto mengatakan pagelaran wayang kulit dalam rangka memeriahkan ke 78 tahun kiprah TNI hadir dan menjalankan amanah sebagai garda terdepan sekaligus benteng terakhir negara kesatuan Republik Indonesia.

 

“Pagelaran kesenian wayang dilaksanakan secara serentak di 78 titik seluruh Indonesia bahkan di luar negeri” jelas Dandim.
Ini semua, imbuhnya sebagai salah satu bentuk kepedulian TNI terhadap warisan budaya Indonesia.

 

“Wayang merupakan suatu karya sastra tradisional yang telah melekat dan menjadi bagian dari bangsa Indonesia, khusunya bagi warga masyarakat Jawa namun secara universal dapat dinikmati dan digemari seluruh warga Indonesia” tandasnya.

Baca berita kalselpos lainnya, silahkan download Aplikasi Kalselpos.com di play store

Pos terkait