Selingkuh Kecendrungan (tidak) Masuk Akal

Oleh: Anas Aliando, Wartawan – Pujangga

kalselpos.comLESTI  Kejora melaporkan suaminya Rizky Bilar ke polisi karena dugaan kekerasan dalam  rumah tangga (KDRT).

Bacaan Lainnya

Laporan itu berawal dari isu selingkuh Rizki Bilar hingga emosi terhadap penyanyi dangdut bersuara emas itu.

Publik pun terhenyak, tak mengira hal itu bisa terjadi terhadap pasangan yang selama ini terlihat kasat mata selalu mesra dan romantis.

Membahas tentang selingkuh saya bukan ahlinya. Namun, menurut saya hasrat selingkuh itu sebenarnya masuk akal. Pepatah mengatakan “Rumput tetangga lebih hijau dari rumput di halaman rumah sendiri”.

Semua orang berpotensi selingkuh baik skala rendah maupun tinggi. Skala rendah misalnya ajak pacar orang nonton bareng. Atau skala tinggi dengan ngajak istri orang makan ketupat bareng.

Pada umumnya, selingkuh terjadi akibat dari perasaan tidak puas terhadap pasangan yang sudah ada.

Hasrat untuk selingkuh itu sebenarnya masuk akal karena pada dasarnya manusia selalu menyukai hal yang ia tidak miliki.

Misalnya orang belum nikah ingin nikah, yang sudah nikah ingin nikah lagi, orang tua ingin muda, orang muda ingin jadi dewasa, mahasiswa ingin lulus, yang udah lulus mau jadi mahasiswa lagi,  wartawan ingin jadi redaktur dan redaktur ingin jadi wartawan (lagi)….nah !!!.

Perasaan seperti ini memang manusiawi dan wajar untuk dimiliki. Paling tidak, dengan memiliki perasaan iri, manusia dipaksa untuk mempertahan eksistensinya di hamparan bumi.

Konon pada tubuh manusia ada hormon cinta bernama dopamin dan didukung dedengkotnya adrenalin, menjadi penyebab manusia mengartikan perasaan berdebar setiap kali bertemu dengan lawan jenis sebagai rasa suka, rasa cinta dan rasa ingin memiliki.

Ketika dua insan manusia sudah menikah apakah mereka akan bahagia selamanya seperti kisah sinetron yang bertabur iklan.

Dua insan manusia yang sedang dimabuk hormon tersebut pasti bahagia di awal pernikahan. Namun kebahagiaan ini akan meluntur bagai kain sasirangan yang keseringan di cuci dan  menjadi sebuah kebiasaan sehingga tidak lagi memompa hormon kebahagiaan untuk tumpah ruah seperti air PTAM yang krannya lupa dimatikan.

Kalau dulu, waktu status masih pacaran, cuma kena lirik saja rasanya karindangan luar biasa. Begitu sudah sah untuk berkembang biak tanpa didobrak pak RT dan orang kampung, rasa deg-degannya justru menguap begitu saja.  Memang hormon cinta itu sebegitu menipunya.

Hormon berdebar itu akan aktif kembali jika kita melihat adanya lawan jenis potensial yang kira-kira berkualitas untuk dijadikan partner berkembang biak. Memang sungguh biadab hormon cinta dalam diri manusia. Seolah kita memang dirancang untuk selingkuh. Minimal selingkuh hati selama lima detik, alias selemah-lemahnya niat selingkuh.

Oleh karena itu, manusia menciptakan sebuah sistem yang bernama norma sosial. Supaya, kita setidaknya tidak bertingkah seperti kucing garong yang kerjanya cuman meong dan gonta-ganti pasangan. Meskipun norma sosial tidak memberikan hukuman pidana, tetapi hukuman tak kasat mata juga punya daya hantam yang luar biasa.

Selain tipuan hormon, ilusi juga berperan dalam membuat diri kita menjadi merindukan seseorang that we can’t have. Ilusi ini sendiri pemicunya macam-macam. Bisa dari drama korea, lagu, buku, teman dan keseringan mancing.

Kesimpulannya, rasa cinta tidak mesti harus ditandai dengan perasaan berdebar. Rasa nyaman untuk berekspresi di depannya saja sudah bisa menjadi faktor bahwa kita mungkin sudah menemukan seseorang yang tepat untuk menemani perjalanan hidup sampai tua nanti.

Jika nanti dalam perjalanan hidup kita menemukan lagi seseorang yang kembali mengaktifkan perasaan yang berdebar seperti ini, mungkin sebaiknya segera mengartikan ini dalam konteks yang benar. Bukan dalam konteks bahwa itu waktu yang tepat buat selingkuh.

Bahwa benar kita memang tertarik lalu kepikiran ingin selingkuh, bahwa benar ini hanya soal tipuan hormon supaya kita bisa berkembang biak sebanyak-banyaknya, dan bahwa benar di niat selingkuh itu sebenarnya hanya janji-janji politisi yang lebih palsu dibandingkan dengan kenyataan yang sudah kita miliki.

Opini ini terinspirasi tulisan kakanda, sekaligus pimpinan saya Lutfi Darlan yang saya nukil dari status WhatsApp beliau beberapa waktu silam.

“Hargai aku yang terus berupaya setia ditengah kecendrungan mendua. Mencintai banyak wanita diwaktu berbeda”
.

*Walatung awal Oktober 2022

Sport.kalselpos.com

Berita lainnya Instal Aplikasi Kalselpos.com

Pos terkait