Gawat, Stunting di Banua tempati Rangking 6 ‘Tertinggi’ di Indonesia

Kepala BKKBN Perwakilan Kalsel, Ir Ramlan.anas aliando(kalselpos.com)

Banjarmasin, kalselpos.com – Kabar kurang bagus datang dari provinsi yang terkenal kaya dengan sumber daya alam (SDA), yakni Kalimantan Selatan (Kalsel).

Kabar itu adalah, kasus stunting atau gagal tumbuh balita di Banua yang menempati ranking 6 tertinggi di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Kondisi tersebut diungkapkan Kepala BKKBN Perwakilan Kalsel, Ir Ramlan, kepada awak media, usai memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke – 29 di Banjarmasin, Rabu (29/6) siang.

“Kasus stunting di Kalsel ranking 6 tertinggi di Indonesia atau 30 persen. Target kita di 2024 bisa turun menjadi 14 persen. Jadi rata – rata tiap tahun kita turunkan 5,33 persen,” ujarnya.

Disampaikan, dari 13 kabupaten/kota se – Kalsel, Kabupaten Banjar menempati posisi tertinggi stunting 40,2 persen dan terendah Kabupaten Tanah Bumbu 18,7 persen. “Dari pendataan tahun 2021, yang berisiko stunting di Kalsel 375.53 keluarga atau 58,21 persen,” sebutnya.

Untuk menurunkan angka stunting, beber Ramlan, BKKBN Kalsel  terus melakukan bermacam upaya, salahsatunya dengan membentuk tim percepatan penurunan stunting sampai desa.

Tim pendamping keluarga yang ada saat ini,  3.072 orang terdiri dari bidan, petugas kesehatan kader KB dan PKK.

“BKKBN Kalsel saat ini masih melakukan pemetaan.  Tim audit, tim teknis tim pakar, dokter spesialis anak, ahli gizi dan psykolog kini terus bekerja,” terangnya.

Ramlan menyebut, kendala dalam menurunkan kasus stunting salahsatunya adalah terbatasnya anggaran pemerintah. “Anggaran kita ada, tapi masih kecil. Makanya kita mendorong pemerintah kabupaten/kota sampai desa menganggarkan juga, termasuk pihak swasta melalui program CSR-nya,” ucap Ramlan bergumam.

Faktor penyebab utama stunting, jelasnya, masih tingginya angka perkawinan dini di Kalsel. Kemudian masih rendahnya pemahaman keluarga tentang bagaimana menjaga perilaku hidup sehat. “Stunting adalah gagal tumbuh. Kemudian pada saat remaja akan rentan terkena penyakit menular akibat metabolisme tubuh yang kurang baik,” cetusnya.

Sekdaprov Kalsel, Roy Rizali Anwar tak menampik masih tingginya kasus stunting di provinsi kaya batubara dan sawit itu.

Menurutnya, kasus stunting menjadi masalah nasional termasuk Kalsel. “Ini masalah prioritas yang harus sama – sama kita tangani. Semua sektor harus terlibat dalam penanganan termasuk swasta. Jangan hanya berpangku tangan menggunakan dana pemerintah.

Pernikahan usia dini harus dihindari, gizi kesehatan ibu hamil dan bayi  dari kandungan sampai dua tahun pastikan terpenuhi semua,” ujarnya.

Berita lainnya Instal Aplikasi Kalselpos.com

Pos terkait