Dengan MEA tantangan Indonesia menjadi Macan ASIA*

Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HI) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)(kalselpos.com)

Oleh Fadel Muhammad

kalselpos.comMEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah salah satu proyek besar untuk mengintegrasikan pasar negara-negara ASEAN.

Bacaan Lainnya

Proyek ini secara resmi dicetuskan pada tahun 2008 lalu, ketika KTT Menteri Ekonomi ASEAN di Kuala Lumpur, dengan memiliki lima karakteristik seperti ekonomi yang terpadu, ASEAN yang Berdaya Saing, Inovatif dan Dinamis, Peningkatan Konektivitas dan kerja sama sektoral, ASEAN yang berdaya tahan, inklusif, berorientasi pada rakyat dan berpusat pada rakyat, ASEAN yang global diharapkan MEA akan menjadi langkah untuk mencapai visi ASEAN, yaitu Satu Identitas, Satu Masyarakat.

Tentu kerjasama ini melihat karena dengan negara-negara ASEAN mengintegrasikan semua komoditas yang masing masing negara miliki akan menjadi suatu komoditas yang penuh dengan berbagai macam, baik berupa energi, mineral, hingga komoditas pangan, dengan adanya integrasi pasar di dalam level regional akan memungkinkan barang-barang yang diekspor dari Indonesia lebih mudah, baik diproses bea masuk ataupun pemasarannya.

Hal ini tentu akan sangat menguntungkan untuk kepentingan ekonomi Indonesia, terlebih ketika pada saat ini pemerintah tengah gencar-gencarnya melakukan dukungan kepada UMKM untuk memasarkan produknya ke tingkat ekspor.

Dengan adanya MEA, Indonesia dengan ekonominya sekarang akan menjadi salah satu Superpower baru di Asia, sekaligus kembali menjadi Macan ASIA.

Secara statistik Indonesia masih menguasai pasar di ASEAN dengan barang-barang beredar hingga lebih dari 40 persen dari total barang barang di ASEAN sendiri, tetapi yang dikhawatirkan ketika adanya MEA akan terjadi kompetensi barang-barang negara ASEAN lain yang mengalahkan produk Indonesia dan bukannya untung malah akan membuat produk Indonesia rugi.

Ada beberapa tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam proses integrasi pasar menuju MEA.

Kesiapan bisnis lokal
selalu menjadi yang paling terdampak ketika adanya gangguan dari arus supply and demand, begitupun dalam menyikapi MEA.

Tantangan terbesar Indonesia adalah dengan adanya arus masuk produk-produk asing yang memiliki kualitas lebih baik dan dengan harga yang lebih murah, dikhawatirkan akan membuat produsen lokal akan punah, karena tidak bisa bersaing dengan produk luar.

Kesiapan regulasi
Indonesia memiliki risiko yang lumayan tinggi dalam bidang kesiapan, dikarenakan ketika adanya investasi asing, dan perusahaan asing masuk ke dalam Indonesia akan rawan terjadi eksploitasi pekerja.

Hal ini tentu karena kurangnya peraturan yang ketat, dalam hal ini contohnya tambang, pihak asing bisa dengan mudahnya mendapatkan hak pengelolaan yang merugikan masyarakat sekitar, tetapi masyarakat tidak bisa berbuat banyak karena kurangnya peraturan tersebut.

Kesiapan SDM
dalam sektor ini Indonesia berada dalam titik bahaya.

Dilansir dari World Economic Forum pada tahun 2018, Indonesia masih tertinggal jauh dengan Singapura, Malaysia dan Brunei.

Indonesia berada di peringkat ke empat, ini akan menyebabkan sulit untuk bisa mengirim SDM Indonesia ke negara tetangga untuk membantu mempercepat proses integrasi.

Meskipun banyaknya tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia dalam mempersiapkan MEA, tetapi dengan adanya kerjasama dan komitmen dari untuk berbenah, kita bisa melalui tantangan tersebut, dan menjadikan ekonomi Indonesia naik kembali serta diharapkan akan menjadikan Indonesia sebagai Macan ASIA.

Berita lainnya Instal Aplikasi Kalselpos.com

Pos terkait