Pemain bapandung disebut juga pandung. Seorang pandung bebas ingin menunjukan apa yang ingin disampaikannya.
Tokoh dalam bapandung atau pandung biasanya menggunakan pakaian sehari-hari dalam pentas dan tidak banyak menggunakan properti tambahan.
Nah, akan kah kesenian Banjar, Balamut dan Bapandung akan punah seperti Tari Bagandut setelah maestronya meninggal dunia?
Di kesenian Balamut dan Bapandung sebenarnya ada dua generasi muda yang menekuninya.
Di Balamut ada Muhammad Maulidan Anwar yang pernah ‘berguru’ secara langsung dengan maestro Jamhar Akbar.
Hanya saja remaja kelahiran Banjarmasin, 24 Mei 2003 ini saat ini konsentrasi melanjutkan kuliah di Prodi Psikologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Surabaya, Jawa Timur. Seabrek tugas dan tinggal di negeri seberang, membuat Maulidan tak bisa totalitas tampil Balamut.
Ditambah minimnya pementasan diberbagai event, membuat terbang milik Maulidan lebih banyak nganggur.
Sebenarnya ada beberapa anak muda yang mencoba belajar Balamut, kendalanya kesulitan mempelajari cerita yang pakem dan pukulan setiap cerita beda-beda. Ditambah jarangnya tampil di event, membuat kawula muda mundur.
Begitu juga di kesenian Bapandung, ada Farah Latifa Andini yang cukup intens tampil dikesenian ini. Usianya pun terbilang muda, 11 tahun tahun, tepatnya lahir di Banjarmasin, 15 September 2011.
Hanya saja kedua kawula milineal ini perlu panggung yang banyak dalam pementasan dalam setiap event HUT Kabupaten/Kota maupun provinsi untuk mengasah kemampuannya serta memotivasi menekuni Balamut dan Bapandung.
Terlebih lagi di Balamut, bila sangat jarang di tampilkan hanya 4-5 tahun sekali, sementara kesenian lain rutin dipentaskan 3-4 kali dalam setahun, dikhawatirkan Balamut maupun Bapandung akan punah.
Siapa lagi yang peduli dengan kesenian tradisi Banjar, kalau bukan kita, masyarakat, instansi pemerintah dan seniman itu sendiri.
Saya sendiri mengenalnya baru tahun 2015, saat bertugas meliput hiburan, tapi terasa akrab. Apalagi, Syukur merupakan teman seangkatan dan duduk persis di meja belakang isteri saya semasa di SMP Anggrek Banjarmasin. Kami pun sering tegur sapa tentang keluarga, walau pun di luar wawancara.
Begitu juga dengan alm pak Jamhar Akbar, mengenal beliah di tahun 2015, tapi suasana kekeluargaab cukup tinggi. Bila ada sesuatu, beliau selalu mengontak saya.
Selamat jalan Syukur dan juga pak Jamhar, semoga keduanya husnul khatimah. Jasa-jasa kalian melestarikan kesenian Banjar tetap abadi dan cita-cita keduanya agar Balamut dan Bapandung tak punah bisa terwujud.
(banjarmasin, 7 April 2022)
Berita lainnya Instal Aplikasi Kalselpos.com