Barabai, kalselpos.com – Kabar kurang bagus kembali menyeruak datang dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Provinsi Kalimantan Selatan.
Kali ini para pedagang sayur yang berjualan di Pasar Keramat Barabai mengeluhkan telah menjadi korban pemerasan yang dilakukan sejumlah preman yang “menguasai” pasar tersebut.
“Kami diminta uang sewa lapak oleh para preman Rp50 ribu sampai Rp200 ribu per bulan tergantung luasnya lapak jualan,” ujar Isnawati, salah satu pedagang sayur di pasar tersebut kepada kalselpos.com, Kamis (8/7/2021).
Disampaikannya, para pedagang dengan sangat terpaksa membayar “uang upeti” karena ingin berusaha. “Kalau tidak mau bayar, kami tidak bakalan dapat tempat untuk jualan,” ungkapnya.
Pedagang lainnya, Rustam yang tinggal di Desa Kambat Utara Kecamatan Pandawan merasa sangat keberatan dengan aksi preman yang melakukan pungutan liar tersebut.
“Pungutan ini sangat memberatkan bagi kami. Apalagi sudah setahun lebih jualan sangat sepi semenjak pandemi Covid-19,” ucapnya.
Mewakili teman – temannya sesama pedagang, Rustam meminta kepada pihak terkait untuk bisa menindak tegas para preman yang melakukan pungli kepada mereka.
“Kami minta kepada dinas terkait atau Satpol PP dan kepolisian untuk bisa menindak tegas para preman yang melakukan pungli dan sangat merugikan kami,” harap Rustam mewakili teman – temannya.
Diutarakannya, pungutan liar itu berjalan sudah cukup lama dan belum ada tindakan tegas dari pihak yang berwenang.
“Pungli oleh preman terkesan dibiarkan. Kami yakin dinas perdagangan HST pasti tahu, namun mereka seakan tutup mata,” cetusnya.
Dikonfirmasi tentang hal ini, Kabid Perdagangan Dinas Perdagangan Kabupaten HST, Johansyah mengakui memang ada pungutan liar yang dilakukan oleh preman kepada para pedagang sayur.
“Kita akui memang ada pungutan liar tersebut, namun itu dilakukan pada malam dan pagi hari disaat petugas kami belum turun ke lapangan,” ujarnya kepada kalselpos.com melalui sambungan telepon, Kamis (7/8/2021).
Johan pun berjanji akan segera menggelar rapat dan berkoordinasi dengan dinas terkait agar masalah pungli tersebut bisa segera diatasi.
“Itulah kelemahan kita, mereka (preman) melakukan pungli pada saat pagi hari menjelang subuh. Kami akan segera laporkan ke pimpinan dan segera dirapatkan dengan tim dari dinas terkait,” ucapnya.