kalselpos.com –KEMAJUAN teknologi dan informasi yang semakin pesat mengakibatkan perubahan perilaku dan cara pandang masyarakat yang kian dinamis dan ingin serba praktis. Hal ini dapat kita rasakan di berbagai aspek kehidupan.
Sebagai contoh, saat sedang traveling ke daerah lain tak jarang kita kesulitan untuk bepergian karena tidak memiliki kendaraan. Namun, saat ini hal tersebut bukanlah menjadi masalah besar lagi karena berkat sentuhan teknologi telah hadir berbagai platform ojek online yang dapat memudahkan kita.
Selain itu, puncak pandemi Covid-19 di tahun 2020 lalu, mengakibatkan kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan secara luring. Mungkin, jika ini terjadi beberapa puluh tahun yang lalu tentu akan menjadi suatu masalah yang besar. Namun, pada tahun tersebut, berkat kemajuan teknologi yang ada, kegiatan belajar mengajar tetap dapat dilaksanakan di mana guru dan murid juga dapat berinteraksi secara virtual.
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup besar pada dunia pendidikan. Kondisi tersebut mengakibatkan ketertinggalan pembelajaran yang berbeda-beda pada ketercapaian kompetensi peserta didik. Selain itu, berdasarkan berbagai studi baik nasional maupun Internasional, menyebutkan bahwa anak di Indonesia yang kesulitan memahami bacaan sederhana dan/atau kesulitan menerapkan konsep matematika dasar, jumlahnya tidaklah sedikit.
Oleh sebab itu, sebagai upaya pemulihan pembelajaran, Kemendikbudristek telah mencanangkan Kurikulum Merdeka yang dianggap dapat membuat peserta didik lebih mendalami konsep dan menguatkan kompeten siswa.
Kurikulum mempengaruhi metode mengajar yang digunakan guru untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Dalam upaya pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Tentu, guru mempunyai peran yang sangat penting terhadap kesuksesan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
Sehingga, keberhasilan IKM dapat tercapai, guru harus benar-benar memahami peran apa yang ia emban ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung serta apa saja yang menjadi tugasnya.
Suatu hal yang menjadi masalah saat ini ialah telah tertanamnya sikap mental pada sebagian besar guru untuk menunggu instruksi dari atas. Sehingga, guru cenderung pasif untuk mempelajari kurikulum baru dan hanya menunggu adanya pelatihan.
Jika sikap mental ini tidak diperbaiki, maka IKM akan cukup sulit untuk diwujudkan secara maksimal baik dari segi waktu maupun biaya. Sebab, biaya yang diperlukan untuk pelatihan guru tidaklah kecil. Selain itu, untuk memastikan semua guru telah mendapat materi pelatihan maka tentu akan memakan waktu yang cukup lama.
Jika kita hubungkan dengan pembahasan awal, maka benar, kemajuan teknologi dapat menjadi jawaban dari masalah ini. Berkenaan hal ini, pemerintah juga telah memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik yaitu dengan diciptakannya Platform Merdeka Mengajar.
Di mana pada platform tersebut telah tersedia berbagai materi pelatihan untuk guru dalam upaya mewujudkan IKM.
Kemajuan teknologi telah memberikan peluang agar pendidikan Indonesia dapat mencapai kemajuan. Namun, hal penting yang menjadi perhatian dan pertanyaan saat ini adalah “apakah guru mau meluangkan waktunya untuk mempelajari materi pelatihan di Platform Merdeka Mengajar?”.
Tentu, jawaban seharusnya adalah “mau dan sanggup.” Jika mengingat kembali sumpah guru poin ketujuh “Berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan keharusan profesional.” Maka tentu tidak ada alasan seorang guru tidak ingin atau “malas” mempelajari Kurikulum Merdeka yang telah dipermudah dengan adanya platform merdeka mengajar.
Dengan adanya Platform Merdeka Mengajar, guru-guru dapat mempelajari Kurikulum Merdeka saat bersantai di rumah jika ada waktu senggang, guru juga dapat belajar bersama dengan teman sejawat agar kemudian dapat berdiskusi.
Sebatang lidi mungkin berharga tetapi sedikit manfaatnya. Namun, jika batang-batang tersebut diikat menjadi satu maka akan menyapu segalanya. Mari, kita bersama menyukseskan IKM untuk mencapai pendidikan Indonesia yang lebih maju.
Berita lainnya Instal Aplikasi Kalselpos.com