Munich, kalselpos.com – Bertahun-tahun silam, pertikaian besar terjadi antara Jerman dan Perancis. Kedua negara terlibat perang sebagai imbas dari PD I. Erich von Falkenhayn, Jenderal dari Jerman, percaya diri akan memenangkan pertarungan melawan Prancis di kota Verdun. Jika menang, Jerman akan menjadi kekuatan terbesar kedua di Eropa setelah Inggris di Perang Dunia I. Kota Verdun sendiri sudah memiliki pertahanan yang cukup mumpuni. Jantung kota dijaga oleh benteng yang dibuat mengelilingi sungai Meuse.
Sebaliknya di kubu Prancis, segala upaya dikerahkan. Selama 10 hari, ribuan pria dan puluhan senjata dipindahkan ke Verdun. Jalur kereta api utama ke Verdun telah diputus. Perwira Prancis mengatur strategi masuknya pasukan tentara dan senjata melalui jalur jalan tanah sepanjang 57 km yang mengubungkan Bar le Duc ke Verdun.
Jalan ini kemudian dikenal sebagai La Voie Sacrée (Jalan Suci) karena pentingnya jalan ini dalam pertahanan Prancis. Perang pun terjadi, Prancis mampu memukul mundur tentara Jerman.
Semalam (15/6/2021) La Voie Sacrée atau jalan suci kembali di bangun di skuad timnas sepakbola Prancis saat melawan Jerman di partai pertama grup neraka. Bedanya, bentrok kali ini bukan di kota Verdun, melainkan di stadion Allianz Arena Munich, Jerman.
Jalan Suci pertahanan itu diduduki oleh pemain-pemain bertahan hebat yang membuat penyerang Jerman hanya bisa menyerang sesekali. Babak pertama hanya peluang bersih Muller yang seharusnya bisa menjadi gol.
Jenderal Jalan Suci itu adalah N’golo Kante. Pemain kecil yang entah memiliki berapa jantung. Ia tak kenal lelah. Saat kamu melihatnya mengambil bola di belakang, tiba-tiba dia sudah meminta bola lagi di depan. Meski predikat Man of the Match atau pemain terbaik jatuh pada Paul Pogba, determinasi yang ditunjukkan Kante patut mendapat acungan jempol lebih.
Prancis mencetak gol melalui kesalahan Matt Hummels yang mencetak gol bunuh diri. Gol itu diawali dengan umpan tak masuk akal Paul Pogba, yang kemudian diteruskan Lucas Hernandez sebelum berbelok arah ke gawang Jerman akibat kesalahan Hummels.
Frustasi skuad Jerman berlanjut di babak kedua. Pertahanan ketat Varane dan Kimpembe juga membuat Havertz dan Gnabry tak mampu berbuat apa-apa, hingga akhirnya bintang Chelsea tersebut harus diganti. Skor berakhir satu gol kemenangan untuk Prancis. Sama seperti pertempuran Verdun, Jerman kembali harus mengakui kekalahan.
Meski kalah, Pelatih Joachim Loew tak mau menyalahkan para pemainnya walaupun harus menelan pil pahit akibat gol bunuh diri. Dia menyebut pasukannya sudah bekerja keras untuk meraih tiga poin.
“Tadi itu pertandingan yang benar-benar sengit dan kami bertarung sampai akhir. Saya tak bisa menyalahkan tim saya karena tidak berusaha, justru mereka telah melakukan segala yang mereka bisa,” kata Loew dikutip dari laman resmi UEFA.
Sementara itu, Pelatih Timnas Prancis Didier Deschamps menyebut kunci kemenangan anak asuhnya adalah persiapan yang matang. Menurutnya, para pemainnya sudah siap tempur dari awal untuk memenangi pertandingan pertama Grup F Euro 2020.
“Kami memainkan pertandingan yang hebat menghadapi lawan yang sangat bagus. Saya sudah tahu pemain-pemain saya telah siap dan kami siap bertarung,” kata Deschamps.
Deschamps tidak menganggap enteng kemenangan 1-0 yang diperoleh dari gol bunuh diri bek Jerman Mats Hummels, sebaliknya dia yakin timnya bisa lebih banyak lagi menciptakan gol.
“Kami tidak jauh untuk menciptakan gol kedua yang bisa membuat kami aman, tetapi kami juga tidak terlalu menderita pada babak kedua. Ini pertandingan yang kuat dengan kualitas dan bakat,” sambung Deschamps.
Kekalahan tersebut membuat jalan Jerman keluar dari fase grup makin berat. Pasalnya mereka akan menghadapi Portugal yang menang 3-0 atas Hungaria di laga selanjutnya. Sementara bagi Prancis, modal tersebut menjadi motivasi berharga jelang laga kedua melawan Hungaria. Andai menang, satu kaki Prancis dipastikan sudah berada di fase knock-out.