Meski tak signifikan, Lahan Tambang dan Kebun Sawit turut andil sebabkan Banjir

Kadis TPH Kalsel Syamsir Rahman berbincang dengan ibu-ibu petani Desa Waki Kecamatan Batu Benawa.(Anas Aliando)

Banjarbaru, kalselpos.com – Lahan pertanian di Kalimantan Selatan(Kalsel) yang terendam akibat  banjir besar yang merendam Banua seluas 46.235 hektare.

“Lahan yang rusak tersebar di 10 kabupaten, terparah di 5 kabupaten yaitu Batola, HST, HSS, Banjar dan Tapin,” ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kalsel, Syamsir Rahman, Senin (25/1/2021).

Bacaan Lainnya

Kerusakan itu, beber Syamsir sudah dilaporkan ke Kementerian Pertanian dan langsung mendapatkan respon dari Mentan, Sahrul Yasin Limpo.

“Kementerian akan mengirim benih ke Kalsel 1.100 ton. Benih yang rusak bisa disemai kembali dan secepatnya bisa berproduksi lagi,” cetusnya.

Bukan hanya benih, ungkap Syamsir, Kementerian Pertanian juga mengirimkan logistik khusus untuk petani yang terdampak banjir. Logistik diterbangkan pesawat Hercules dan sudah dibagikan ke kabupaten yang terdampak banjir.

“Sembako 20 truk dari Kementerian Pertanian sudah kami salurkan ke kabupaten-kabupaten. Kami juga sudah datang langsung ke Kecamatan Batu Benawa dan Hantakan, Kabupaten HST melihat petani disana menyampaikan bantuan dan menyemangati mereka,” ucapnya.

Ketika dimintai komentarnya tentang sebab musabab banjir besar yang melanda Banua, pria yang terkenal tegas itu tanpa ragu menyebut,  pertambangan dan kebun sawit sebagai faktor penyumbang banjir  disamping sederet faktor lainnya.

“Kalau diakumulasiakan dari dulu hingga sekarang, lahan pertambangan dan kebun sawit memang menjadi faktor penyumbang terjadinya banjir besar, namun kontribusinya tidak terlalu signifikan,” ujarnya.

Syamsir berujar, banyak faktor lainnya sebagai penyebab banjir,  selain curah hujan yang tinggi, daya tampung sungai yang tidak mencukupi, tutupan hutan yang terus berkurang, kemudian degradasi lingkungan yang cepat turun, juga mempunyai andil terjadinya banjir di Banua.

“Faktor manusia yang berusaha selalu instan dengan memanfaatkan tersedianya bahan baku di alam, kondisi tata ruang yang tidak dipatuhi, kepedulian membuang sampah yang tidak dimiliki, pembangunan sarana pemukiman yang tidak mengindahkan lingkungan dan banyak faktor lainnya,” urainya.

Syamsir menegaskan, hal ini pihaknya nanti akan merumuskan secara bersama-sama dengan pemangku kepentingan seperti pelibatan ahli lingkungan, Walhi, pemerintah kabupaten/kota yang memiliki lahan dan masyarakatnya, pihak yang berkompeten dengan pengawasan lingkungan, para tokoh masyarakat baik adat dan ulama.

“Insyaallah kedepan penataan lingkungan akan lebih baik tapi ini butuh waktu dan proses yang perlu mendapatkan dukungan dari kita semua,” imbuhnya.

Syamsir menambahkan, yang paling penting adalah semua komponen baik pemerintah dan pihak swasta serta masyarakat Kalimantan Selatan patuh dan disiplin untuk menjaga dan memelihara lingkungan. Penggunaan lahan yang betul-betul sesuai dengan kajian akademis, pengawasan yang berkelanjutan serta pengembalian kondisi lahan yang dipakai betul-betul dilaksanakan, pemberian izin yang sesuai dengan ketentuan dan mengedepankan aspek keselamatan bagi manusia dari pada kemudaratan.

“Kita tidak perlu saling menyalahkan,  kita harus bergandengan tangan untuk Kalsel bangkit ke depan, kita harus menyadari alam telah memperbaiki dirinya sendiri, banjir adalah luka di tubuh alam dan secara harpiah alam mengobati luka yang ada di tubuhnya sendiri. Mari kita jaga jangan sampai terulang kembali. Cukup sekali ini jangan sampai terulang yang kedua kali,” tukasnya.

kalselpos.com: Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari ini Banjarmasin Kalimantan Selatan dan Nasional

Download aplikasi kalselpos.com versi android  kami di Play Store : Aplikasi Kalselpos.com

Penulis: Anas Aliando
Editor: Bambang CE

Kebijakan Redaksi kalselpos.com
Redaksi berhak menghapus dan atau menutup komentar yang dinilai tidak etis.
Penulis Komentar tidak etis bertanggung jawab penuh atas akibat hukum yang ditimbulkannya

Pos terkait