Banjarbaru, kalselpos.com – Sudah lebih dari sepekan, pengusaha tahu dan tempe di Indonesia menjerit. Musababnya harga kacang kedelai impor meroket. Di Kalsel sendiri, imbas dari mahalnya kedelai juga dirasakan. Bukan hanya oleh pengusaha, tapi juga penikmat setia tahu tempe di Banua.
Mahalnya harga kedelai menuai keprihatinan dari Pemprov Kalsel. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kalsel, Syamsir Rahman kepada kalselpos.com, Selasa (5/1/2021) siang mengatakan, Pemprov terus berupaya memenuhi ketersediaan kedelai di Banua.
“Kami sudah lakukan antisipasi sejak beberapa tahun lalu. Di 2020 kita sudah melakukan penangkaran kedelai di kawasan Sarang Halang dan Batu Tungku Kabupaten Tanah Laut. Hasilnya sangat lumayan,” ujar Syamsir.
Disampaikannya, Kementerian Pertanian selama ini tidak memprioritaskan Kalsel sebagai sentra kedelai di Indonesia.
“Daerah kita diprioritaskan sebagai penghasil padi dan jagung. Untuk kedelai sendiri tidak,” ungkap Syamsir.
Kembali ke soal penangkaran kedelai, ternyata hasilnya cukup memuaskan. Produksi mencapai 2.199 ton. Dalam satu hektar bisa menghasilkan 12 kwintal.
“Kedelai bisa tumbuh dengan baik di daerah yang tinggi, tidak bisa tumbuh maksimal di daerah berair. Kita ketahui daerah kita banyak rawa, kendalanya disitu,” cetusnya.
Agar penangkaran kedelai bisa maksimal, Syamsir secara khusus terus memantau tanaman kedelai secara rutin agar tumbuh secara maksimal.
“Kita juga meminta kepada pihak terkait agar melakukan pemantauan dan pemeliharaan khusus penangkaran kedelai. Kedepannya kita terus kembangkan sehingga ketergantungan kedelai dari pulau Jawa dan impor bisa dikurangi,” tandasnya.
kalselpos.com: Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari ini Banjarmasin Kalimantan Selatan dan Nasional
Download aplikasi kalselpos.com versi android kami di Play Store : Aplikasi Kalselpos.com
Penulis: Anas Aliando
Editor: Bambang CE