Marabahan,kalselpos.com – Sejauh ini kondisi harga jeruk di tingkat petani cukup stabil, yakni harga Rp 5000 per kilogram. Kondisi ini didukung pula dengan hasil produksi atau hasil panen jeruk di Kabupaten Barito Kuala (Batola) yang saat ini sedang berlimpah mencapai 5.000 ton per petani.
Para petani berharap jeruk di sentra perkebunan, yaitu di Desa Karang Indah, Puntik Dalam dan Karang Bunga, Kecamatan Mandastana hasil panen jeruk mereka bisa memberikan nilai tambah ekonomi keluarga.
“Hasil pertanian jeruk saat ini sudah cukup bagus, tapi kami mengharapkan ada nilai tambah seperti di Pulau Jawa, contohnya banyak makanan atau minuman ringan yang dibuat dari buah Apel,” ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Karang Indah, M Zaini.
Ia menyampaikan, produksi jeruk dari Desa Karang Indah ini bisa dibuat minuman kemasan, serbuk jeruk, keripik jeruk dan sebagainya, sehingga dalam jangka panjang petani jeruk bisa memenuhi kebutuhan dengan harga yang sesuai.
Demikian itu ditanggapi anggota DPRD Kalsel, H Karlie Hanafi reses dengan menerapkan protokol kesehatan. Karlie menyarankn, untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil jual produksi jeruk mencontoh di Pulau Jawa.
“Saya akan sampaikan masalah ini ke tingkat provinsi maupun kabupaten untuk ditindaklanjuti, sehingga harapan masyarakat itu benar-benar bisa direalisasikan dan memberikan nilai tambah pada produksi jeruk yang saat ini pemasarannya sudah ke Pulau Jawa,” ujarnya, Senin (2/11)
Menurutnya, selama ini dengan memberikan nilai tambah pada hasil pertanian jeruk ini pada gilirannya meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat petani di daerah itu, karena selain jeruk lima desa yang dikunjunginya dalam kegiatan reses, yaitu Karang Indah, Puntik Dalam, Jejangkit Muara, Jejangkit Pasar dan Karang Bunga, semuanya mengandalkan pertanian padi sebagai mata pencarian utama warganya.
“Masyarakat di lima desa ini mengandalkan pertanian padi lokal dan padi unggul sebagai mata pencaharian,” katanya.
Disampaikannya, pertanian padi telah mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari dan selebihnya untuk dijual. Namun untuk pertanian padi ini masyarakat mengharapkan distribusi pupuk tepat waktu. Sebab petani mengeluhkan distribusi pupuk sering tidak tetap waktu.
“Saat musim tanam pupuk bersubsidi tidak tersedia. Justru disaat tidak diperlukan yaitu saat panen pupuk justru tersedia,” sebutnya.
Karlie berjanji masalah pupuk ini akan dicarikan solusinya dengan mempertanyakan proses distribusinya ke instansi yang berwenang baik di tingkat provinsi maupun kecamatan termasuk berbagai permasalahan lain juga terungkap, seperti permohonan perbaikan jalan dan jembatan, kamtibmas, kesenian, olahraga dan lainnya.
Kegiatan reses H Karlie Hanafi Kalianda ini mendapat sambutan antusias dari warga di desa yang disambangi, namun tetap dengan menerapkan protokol kesehatan, maka warga yang datang dibatasi agar tidak menimbulkan kerumunan, tapi tetap menggunakan masker dan menjaga jarak.
kalselpos.com: Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari ini Banjarmasin Kalimantan Selatan dan Nasional
Download aplikasi kalselpos.com versi android kami di Play Store : Aplikasi Kalselpos.com
Penulis : Sidik Alponso
Editor : Muliadi