Potensi Wisata Hutan Mangrove Milik Desa Langadai

Sekretaris Daerah Kabupaten Kotabaru,Said Ahmad di dampingi DLH Kabupaten Kotabaru,saat menerima rombongan DLH Provinsi, Kamis (10/9/2020) (Ahmad Fauzie)

Kotabaru,kalselpos.com – Sebagai wilayah kepulauan yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar, wilayah Kabupaten Kotabaru memiliki banyak potensi wisata pesisir, mulai dari pantai yang bersih hingga hutan mangrove yang masih alami.

Termasuk kawasan mangrove yang terletak di Desa Langadai, Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.

Bacaan Lainnya

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kotabaru, Said Ahmad mengatakan, potensi wisata hutan mangrove yabg dimiliki desa tersebut merupakan suatu bentuk kepedulian warganya dalam menjaga lingkungan temasuk menerapkan Program Kampung Iklim di kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Kalimantan Selatan itu.

“Kita sangat mengapresiasi terhadap masyarakat yang pro-aktif dalam menjaga lingkungan seperti keberadaan Desa Langadai yang turut menerapkan Program Kampung Iklim,” ucap Said Ahmad saat dibincangi kalselpos.com di ruang kerjanya Kamis (10/9/2020).

Menurutnya, dengan adanya kawasan mangrove yang mencapai 60 persen dari total wilayah, sangatlah mendukung untuk mengendalikan dampak buruk perubahan iklim.

“Kita didukung dengan adanya hutan yang mencapai 60 persen sehingga tetap mengirimkan kesejukan meski berada di wilayah pesisir pantai,” ungkapnya.

Sekretaris Daerah yang akrab disapa Ahmad itu juga menyebutkan, keputusan masyarakat Desa Langadai untuk tetap eksis mempertahankan hutan mangrove tersebut juga berguna dalam mencegah abrasi atau pengikisan bibir pantai.

“Khusus Desa Langadai mereka komitmen terhadap lingkungan, dengan inisiasi desa, mereka bekerjasama perusahaan yang ada disekitar desa Langadai dengan menggunakan CSR, mereka mengembangkan hutan mangrove, penanaman pohon aren dan tanaman lainnya yang termasuk tanaman untuk kebutuhan penduduk lokal,” paparnya.

Keberadaan Desa Langadai sudah ada sejak tahun 1870 atau kurang lebih 150 tahun silam termasuk keberadaan hutan mangrovenya, dan sejak 1955 desa yang juga banyak membudidayakan lebah madu kelulut ini, terdata secara administrasi.

Desa yang berpenduduk sekitar 2000 jiwa yang 80% penduduknya merupakan Suku Banjarndan sisanya Suku Bugis ini, awalnya sebagian besar mata pencaharian penduduk setempat 70 persennya adalah nelayan. Namun setelah berdirinya perusahaan disekitar desa itu, keberadaannya sekarang hanya tersisa 10 persen,

Pasalnya, Sejak tahun 2001 mereka sebagian penduduknya banyak yang beralih profesi dari nelayan ke budidaya perikanan.

Di desa ini juga banyak terdapat pohon enau sehingga warganya juga banyak yang membuat gula aren. Mereka juga mengembangkan hutan mangrove ini menjadi wisata desa.

Plt Kepala Desa Langadai, Tri Sutrisno mengaku, akan mengembalikan desanya menjadi desa wisata hutan mangrove.

“Kedepan rencananya akan membuat wisata hutan mangrove, pemancingan ikan, wisata sepeda wisata susur sungai dan membangun menara pandang,” bebernya.

kalselpos.com: Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari ini Banjarmasin Kalimantan Selatan dan Nasional

Download aplikasi kalselpos.com versi android  kami di Play Store : Aplikasi Kalselpos.com

Penulis : Ahmad Fauzie
Editor : Zakiri

Pos terkait