Rantau,kalselpos.com – Desa Budi Mulya yang berada di Kecamatan Lok Paikat Kabupaten, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan dikenal sebagai daerah penghasil karet.
Pasalnya, desa yang berpenduduk 533 jiwa ini memiliki luasan area 160 Hektare dimana didominasi oleh lahan perkebunan karet, sehingga sebagian besar masyarakatnya mengandalkan keberadaan kebun karet tersebut sebagai mata pencaharian utama.
Namun tak dipungkiri, petani setempat kerap menghadapi berbagai persoalan, seperti penghasilan dari memanen karet yang berkurang di saat musim penghujan. Padahal justru pada saat cuaca dingin seperti saat ini, seharusnya produksi karet lebih banyak.
Hal itu karena banyaknya karet yang rusak bila hujan tiba. Saat karet disadap dan tetesan getahnya di tampung dalam wadah, lalu tercampur dengan air hujan hingga menyebabkan karet menjadi rusak.
Kondisi tersebut membuat seorang petani karet desa setempat, Suparmin, untuk mencoba melakukan sebuah terobosan baru dengan berinovasi membuat payung dari bahan bekas yang dipasang di batang pohon untuk menutupi wadah dari penampung tetesan getah dari pohon karet.
Ia memaparkan, bahan untuk membuat payung tersebut termasuk cukup sederhana. Yakni berupa lembaran plastik transparan dan seutas kawat yang berpungsi sebagai penyangga plastik agar bisa membentuk seperti payung, serta tali karet untuk mengikat plastik tersebut dibatang pohon.
Sehingga torehan (luka yang dibuat petani di batang utama pohon karet untuk mengeluarkan getahnya) dapat terlindungi oleh payung buatannya ketika hujan turun.
“Jadi tampungan dari tetesan getah karet tidak kemasukan air hujan. Ini yang membuat kualitas karet desa ini semakin baik,” ungkap Suparmin.
Pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Desa (Sekdes) itu menerapkan inovasi terbari yang dibuatnya tersebut pada petani lainnya yang ada di desa tempat tinggalnya itu.
“Dengan idenya ini, petani di Desa Budi Mulya menjadi tak merugi kalau musim hujan tiba,” ujarnya
Menurut Suparmin, program dari Kementereian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yaitu Program Kampung Iklim (Proklim) yang diterapkan di desanya jejak 2017 silam, telah mempunyai peran yang besar pada inovasinya ini.
“Karena pada Proklim, masyarakat desa dibina untuk bisa lebih kreatif dalam hal apapun,” tukasnya.
Selain itu, Suparmin juga pernah membawa hasil karetnya untuk di cek di laboratorium pertanian, dan hasilnya pun terbukti sangat berkualitas.
“Karena kandungan airnya yang sedikit,” ungkapnya.
Bahlan Ayah dua anak itu mengaku, tidak akan keberatan jika inovasinya yang ia temukan tersebut ditiru oleh petani karet lainnya.
Suparmin Berharap hasil inovasi ini bisa dikembangkan lebih sempurna lagi. Ia pun berniat untuk mematenkan temuannya ini.
kalselpos.com : Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Banjarmasin Kalsel Kalimantan Nasional dan Dunia
Penulis : Ahmad Fauzie
Editor. : Zakiri