Catatan Guru Sekumpul. Oleh : Adi Permana
Sebelum di tahun 2000, saya kerap mendebat sahabat saya, Fauzan Nahdi, karena saya belum menerima secara lahir batin tentang tawasul. Menurut saya, memohon dan meminta kepada Allah SWT tak perlu tawasul karena Allah Maha Mendengar.
Fauzan Nahdi, seorang muhibbin Sekumpul saya akui memang sudah lama berguru ke mana-mana termasuk ke majlis Sekumpul asuhan Guru Sekumpul. “Begini saja, ketimbang kita berdebat karena hanya akan mengencangkan urat leher, lebih baik kita ke Sekumpul, insya Allah ada jawabannya,” kata Fauzan. Kebetulan hari itu hari Minggu, maka kami bersama Mujahidin, dan Ihsan sahabat lainnya berangkat dari Banjarmasin.
Entah bagaimana, dalam tausyiah Guru Sekumpul, beliau ada menyinggung sedikit soal tawasul. Beliau umpamakan jika kita ingin menghadap/bertemu pembesar, maka agar lebih mudah tentu sebaiknya mengenal pengawal maupun ajudan pembesar itu. Kalau langsung nyelonong masuk, bisa-bisa kita diusir paksa karena tidak dikenal. Saya pun tersenyum puas karena logika tawasul begitu mengena di hati dan saya akhirnya paham. Subhanallah, Fauzan pun melirik saya dengan senyuman. “Itulah karamah beliau,” ucapnya singkat. (Dicatat ulang 24 Agustus 2012)
kalselpos/adi permana