KANDANGAN, Kalselpos.com – Presiden Jokowi mewacanakan untuk menggantikan peran Eselon III dan IV dengan mesin (robot/AI), salah satu alasannya untuk meningkatkan efektifitas dan efesien kerja dengan perampingan birokrasi. Wacana tersebut rencananya akan direalisasikan pada tahun 2020 dan sekarang sudah dimulai penyesuaian di beberapa kementrian. Melihat wacana ini sesungguhnya Indonesia semakin siap masuk ke dalam Revolusi Industri 4.0 yg mengarusutamakan percepatan cara kerja.
Pada akhirnya manusia melawan mesin bukan lagi sekedar cerita fiksi di film hollywood. Tentu saja bukan seperti film Terminator misalkan, yang kedua belah pihak ingin memusnahkan satu sama lain. Tak akan ada darah yang tertumpah dalam “perang” ini, akan tetapi akan tersisa berapa banyak pekerjaan yang tak dikuasai oleh mesin/AI. Revolusi Industri 4.0 akan menjadi saksi, seberapa banyak pekerjaan yang akan bertahan ditengah gencarnya perkembangan kecerdasan buatan.
Mungkin kita telah sering membaca, di suatu negara, peran pramusaji digantikan oleh mesin. Atau mungkin juga kita pernah melihat tayangan di televisi, bahkan peran guru pun bisa diambil alih oleh robot.
Maka melihat fenomena ini, akan timbul sebuah pertanyaan, jenis pekerjaan seperti apa lagi yang akan dilibas oleh mesin-mesin tersebut?
Sebagai seorang penyuluh, penulis sedikit banyak menyadari bahwa bisa jadi kelak pekerjaan ini diambil alih oleh mesin. Bukan saja pekerjaan saat ini penulis geluti yaitu Penyuluh KB, akan tapi Penyuluh Kesehatan, Penyuluh Pertanian, Penyuluh Narkoba dan berbagai penyuluh-penyuluh lainnya bisa jadi kehilangan marwahnya digempur habis-habisan oleh mesin.
Penulis membayangkan, bisa jadi suatu saat dimasa depan yang tidak terlalu jauh, di Puskesmas nanti ditengah pasien sedang mengantri, tiba-tiba muncul robot humanoid dengan suara merdu dan lancar memberikan penyuluhan tentang PHBS. Bukan saja materi tentang PHBS, materi stunting, penyakit kardiovaskuler, manfaat imunisasi, kesehatan gigi dan mulut, bahaya merokok, bisa dengan mudah dibawakan robot tersebut.
Atau misalkan bayangan tersebut terlalu berfantasi, maka lihat saja konkretnya sekarang ini. Berbagai aplikasi dapat di download melalui gadget yang memudahkan seseorang mendapatkan informasi. Bila ada PUS muda yang mau ber KB, dia bisa mendapatkan informasi lengkap hanya dengan sentuhan jari ke layar HP nya. Tanpa keluar rumah, tanpa harus ke Balai Penyuluhan KB.
Sungguh yang penulis kuatirkan bukan apakah pekerjaan yang diamanahkan ini masih dibutuhkan ataukah bisa digantikan oleh robot. Yang terpenting sebenarnya apakah peran penyuluh masih relevan dan masih berguna bagi masyarakat.
Untuk menjawab itu, tentulah kita harus memahami kembali tupoksi dan apa yang diperlukan oleh masyarakat. Apakah selama ini kita bekerja hanyalah rutinitas belaka ataukah ini adalah bentuk pengabdian (sebagaimana seharusnya ASN). Integritas menjadi kata kunci agar peran penyuluh bisa selalu selaras dengan perkembangan zaman. Para penyuluh tak bisa lagi berpikiran sempit bahwa melakukan penyuluhan hanya bisa dengan cara konvensional atau secara tatap muka saja. Bentuk penyuluhan harus berkembang dengan mengikuti perkembangan zaman dan dapat menggunakan berbagai media.
Revolusi Industri 4.0 dengan segala kecanggihannya, jangan dijadikan sebagai bahaya yang mengancam keberadaan penyuluh. Penyuluh yang berintegritas akan memanfaatkan fasilitas tersebut, dari gadget, medsos, youtube dan media lainnya untuk menyebarkan isi pesan penyuluhannya.
Sehingga dengan demikian, yang menang bukan lah penyuluh, bukan pula robot. Tetapi masyarakat karena semakin mudahnya mereka mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Penulis : Amrullah Nugraha
Editor : Aspihan Zain
Penanggung jawab : SA Lingga
Pembaca setia kalselpos.com download aplikasi versi android kami di Play Store