Sebagai Pendidik, Guru tak dapat Digantikan Teknologi

Mahasiswa FKIP Jurusan Matematika Wiwin.

BANJARMASIN, Kalselpos.com – Sesuai dengan apa yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden no. 78 tahun 1994, hari ini Senin (25/11) adalah peringatan Hari Guru Nasional, peringatan tersebut dalam rangka memberikan penghargaan kepada semua guru-guru yang ada di Indonesia.

Baca juga=Debut Perdana, PS Hartati imbangi Banjarmasin Old Star.

Bacaan Lainnya

Tema Hari Guru Nasional pada tahun 2019 adalah “Guru Penggerak Indonesia Maju”. Tema tersebut dipilih sesuai dengan pesan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, agar guru di seluruh Indonesia melakukan perubahan secara serentak demi kemajuan Indonesia.

Meskipun di zaman sekarang profesi guru dianggap kurang menjanjikan dari sisi gajinya dan semakin sulitnya untuk menjadi seorang guru.

Fahruraji Mahasiswa FKIP Jurusan Bahasa Inggris.

Meskipun begitu, masih ada anak muda yang menginginkan menjadi seorang guru, Wartawan Kalselpos berbicara dengan kedua anak muda yang merupakan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yaitu Fahruraji (20) dan Wiwin (19).

Fahruraji merupakan mahasiswa FKIP jurusan Bahasa Inggris dan Wiwin jurusan Matematika.

Wiwin mengungkapkan mengapa ia kuliah di FKIP dan ingin menjadi seorang guru karena panggilan dalam dirinya yang suka berbagi ilmu dan membantu mencerdaskan anak bangsa.

Selain itu bagi dia menjadi seorang guru berarti menjadi sosok yang sabar menghadapi berbagai sifat anak murid, dari situ dia belajar agar kelak saat menjadi seorang ibu dalam rumah tangga dapat menjadi seorang pendidik bagi anak anaknya sendiri.

“Saat bisa membagikan ilmu ke anak-anak murid, saya seperti mendapatkan kepuasan dan kebahagian tersendiri saat melihat mereka tersenyum dan berkata saya mengerti bu,” Tutur Wiwin, Senin (25/11).

Siti Mujaroh Guru MA Fathussalam.

Kemudian menanggapi jaman yang semakin maju dimana teknologi pun semakin berkembang, mengenai banyaknya aplikasi bimbingan belajar dapatkan menggantikan posisi guru sebagai pendidik? Fahruraji menjawab bahwa teknologi tidak akan bisa menggantikan peran guru sebagai pendidik.

“Tidak bisa, karena menurut saya teknologi tidak bisa membentuk moral dan karakter peserta didik yang perlu pendekatan khusus untuk membentuk hal tersebut,” Tegas Mahasiswa yang berkuliah di jurusan Bahasa Inggris tersebut.

“Teknologi mungkin bisa memberikan pengetahuan mengenai materi, namun tidak bisa memberikan pembelajaran moral,” tambahnya.

Terpisah, seorang guru muda MA Fathussalam bernama Siti Mujaroh (24) mengatakan menjadi seorang guru itu sendiri sangat keren karena dapat turut andil kepada negara dengan mencetak generasi muda yang cerdas.

“Senada dengan kata pak Soekarno jangan tanya apa yang negara berikan pada kalian, tapi apa yg kalian berikan kepada negara. Jadi ini juga sekaligus pembuktian bakti dan nasionalisme ku, karena aku mencintai Indonesia dengan mengabdi memberikan waktuku untuk negara dan mencerdaskan anak bangsa,” Terang Ibu Guru yang dulunya pernah menjabat sebagai Ketua Umum UKM PSHT ULM.

Sebagai pengajar yang dapat dibilang jauh dari kota, ia menjelaskan bahwa semua anak itu memiliki hak untuk sekolah d tempat yg sama dengan fasilitas yang sama.

Baca juga=Debut Perdana, PS Hartati imbangi Banjarmasin Old Star.

“Dari beberapa anak anak di desa yang ku temui, motivasi belajarnya rendah karena setelah lulus mereka bingung mau kemana, pekerjaan susah lanjut sekolah tidak ada uang. Harus lebih diperhatikan masa depan anak anak yang ada di perdesaan berikan hak yang sama tidak hanya ketika mereka sekolah
Tapi yang paling penting itu setelah mereka lulus sekolah yang dapat mengarahkan dan mewadahi anak anak dengan latar belakang ekonomi yang kurang mampu,” pungkasnya panjang lebar.

Penulis: Krisna
Editor :Wandi
Penanggung Jawab: SA Lingga

 

Pembaca setia kalselpos.com download aplikasi versi android  kami di Play Store

Aplikasi Kalselpos.com

Pos terkait