BANJARMASIN, kalselpos.com – Harga cabe rawit di pasaran masih mahal. Tingginya harga disebabkan petani tidak bisa menanam dengan jumlah yang banyak karena musim kemarau. Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi Kalsel pun menghimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi cabe rawit sampai harganya kembali normal.
Baca juga=Damai Mediawan nahkodai AMPI Banjarmasin
“Harga cabe rawit di sejumlah pasar di Banjarmasin dan sekitarnya terpantau masih mahal. Menurut laporan yang kami terima, hari ini cabe rawit dijual pada kisaran harga Rp75.000 hingga Rp85.000 per kilogram,” ujar Kepala Disdag Kalsel Birhasani kepada kalsel pos.com, Selasa (13/8/2019) siang.
Disampaikannya, penyebab mahalnya harga cabe rawit karena pasokan dari petani sangat kurang. “Saat ini cabe rawit hanya didatangkan dari Rantau Tapin, sedangkan dari daerah lainnya hampir tidak ada lagi,” ujarnya.
Birhasani mengatakan, tingkat konsumsi masyarakat Kalimantan Selatan terhadap cabe rawit terbilang tinggi. Karena itulah dirinya meminta masyarakat untuk bisa mengurangi konsumsi cabe rawit sampai harganya kembali normal. “Secara umum, tingkat konsumsi masyarakat terhadap cabe rawit cukup tinggi. Sehingga kalau harganya melambung akan menimbulkan keluhan,” ujarnya sambil tersenyum.
Birhasani menawarkan beberapa solusi dalam menghadapi masa pencekik cabe rawit saat ini. Salahsatunya dengan menggalakkan kembali tanam cabai tiap rumah. Solusi berikutnya adalah dengan membeli cabai kering yang sudah banyak dijual di pasaran.
“Kalau tiap rumah ada menanam cabe rawit maka tentunya bisa mencukupi keperluan sehari – hari. Bisa juga membeli cabai bubuk atau diganti dengan membeli saos cabai dalam kemasan,” ujarnya.
Selain dari Kabupaten Tapin, lanjut Birhasani, cabe rawit saat ini didatangkan dari luar pulau yaitu dari Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.
Baca juga=Damai Mediawan nahkodai AMPI Banjarmasin
“Namun cabe rawit yang didatangkan dari luar pulau kualitasnya kurang baik, jauh sekali dengan cabe rawit lokal. Sementara dalam beberapa hari terakhir, cabe rawit dari Jawa Timur tidak ada lagi masuk ke Kalsel karena untuk memenuhi kebutuhan disekitar Jatim,” tutupnya.
Penulis: Anas Aliando
Penanggungjawab: SA Lingga
Pembaca setia kalselpos.com download aplikasi versi android kami di Play Store