Kebut Perhutanan Sosial melalui Kelompok Tani, Hanif Kunjungi Pabrik Tusuk Sate

Kadishut Prov Kalsel, DR Hanif Faisol Nurofiq, SHut, MP meninjau beberapa pabrik pembuatan tusuk sate di Malang.(ist)

BANJARBARU, Kalselpos.com  –  Berbagai upaya dilakukan Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel untuk mendukung percepatan Perhutanan Sosial melalui Kelompok Tani Hutan (KTH) khususnya di wilayah Kalsel.

Untuk itu, Kadishut Prov Kalsel DR Hanif Faisol Nurofiq S.Hut, MP mengunjungi beberapa pabrik tusuk sate di wilayah Malang untuk melihat langsung tentang manajemen pengelolaan dan sistem kerja, untuk peningkatan kualitas tusuk sate.

Pabrik yang dikunjungi Kadishut Kalsel, di antaranya Bamboo Skewers milik bapak Sunarko di desa Turen dan pabrik milik bapak Umar Faruk di desa Kepanjen Malang.

Seluruh pabrik yang dikunjungi rata-rata memiliki peralatan mesin potong, mesin poles dan peruncingan, unit oven, unit pengasapan belerang dengan kapasitas produksi rata-rata sekitar 500 kg per hari. Jenis bambu yang digunakan adalah semua jenis bambu, terutama yang sudah tua.

Sistem kerjanya melalui kemitraan dengan petani binaannya dari beberapa pengrajin. Petani mengerjakan pekerjaan dari bambu menjadi biting atau batang lidi dengan berbagai macam ukuran, setelah diterima di pabrik maka pabrik akan melakukan pekerjaan finishing seperti pemotongan, pemolesan, peruncingan dan pengemasan.

Berikut beberapa cara peningkatan kualitas tusuk sate yang dilakukan:

Pengasapan dengan belerang dengan tujuan mengawetkan, mematikan kuman dan mempercantik warna menjadi kuning cerah dimana tusuk sate di masukkan dalam mesin belerang selama dua hari, Setelah diberi belerang lalu di oven selama 12 jam untuk mengurangi kadar air dan mencegah jamur.

Pemotongan menjadi ukuran ayam, kambing atau pentol, Pemolesan, Peruncingan, Pengepakan

Untuk pasar Kalsel beberapa pihak pabrikan tidak mampu memenuhi permintaan salah satu distributor di Kalsel yang meminta 10 ton perminggu, dan mereka meminta Dinas Kehutanan untuk bisa memenuhi permintaan distributor dengan kualitas yang sama dengan pabrikan di pulau jawa.

Permintaan yang paling banyak adalah untuk tusuk pentol dengan panjang 15 dan diameter 3 mm.

Dari kunjungan ke berbagai pabrik tersebut didapati beberapa saran dan tindak lanjut untuk diaplikasikan di beberapa KTH di Kalsel yang menggeluti produksi tusuk sate dari bambu.

Pertama, merubah sistem pembagian kerja KTH pengelola alat tusuk sate menjadi tiga kelompok :
Kelompok khusus memecah dan pencacah bambu.
Kelompok khusus penyerut biting.
Kelompok finishing di pabrik.
Memperbanyak mesin pencacah, penyerut dan unit oven di tingkat petani.
Membentuk pabrik finishing sebagai pusat finishing produk.
Mengirimkan petani untuk belajar manajemen pengelolaan pembuatan tusuk sate di Malang.
Meningkatkan kualitas dengan pengasapan belerang dan pengeringan dengan oven.
Mencari distributor yang ditunjuk oleh pihak pabrikan pulau jawa di Kalsel.
Mencari pemasaran di Kalsel.
Mengedukasi masyarakat bahwa dengan menjadi pengrajin tusuk sate bisa memberi penghasilan yang baik.
Kadishut juga menyempatkan diri meninjau pabrik pembuat mesin tusuk sate yang memproduksi berbagai mesin pengolah tusuk sate.

Alat yang dibuat adalah mesin pembelahan, mesin pencacah, mesin penyerut, mesin poles, mesin peruncing, oven dan sejenisnya.

Mesin-mesin hasil pabrikan tersebut sudah di kirim ke berbagai daerah di Jawa, Kalimantan, Bali, hingga Irian Jaya.mereka juga menyiapkan pelayanan pasca jual seperti spare part, pendampingan pengoperasian alat, dan servicenya.

Dinas Kehutanan berencana akan membeli dua unit oven serta menambah mesin pencacah dan penyerut yang akan didistribusikan, kepada KTH produksi tusuk sate yang ada di Kalsel. Kemudian juga akan mengirim penyuluh dan petani untuk belajar ke Malang terkait produksi tusuk sate.

Penulis: Anas Aliando
Editor: Aspihan Zain
Penanggungjawab: SA Lingga

Pembaca setia kalselpos.com download aplikasi versi android kami di Play Store 
Aplikasi Kalselpos.com

[smartslider3 slider=5]

Pos terkait